Looking for:
Looking for:
Download novel karya windry ramadhina
Ada banyak leksem yang tidak memiliki wujud konkret, tetapi memiliki konsep. Inilah yang kemudian melahirkan teori ideasional dan makna konseptual. Makna konseptual juga disebut sebagai makna denotasi. Denotasi makna kata yang dihasilkan dari koseptual para pemakainya.
Ini merupakan konsep dari makna referensial yang langsung mengacu pada referennya. Sebaliknya, dalam makna konseptual, pendengar di dalam pikirannya memiliki konsep bahwa mobil adalah alat angkutan atau transportasi.
Makna konseptual sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi unsurnya, misal leksem cinta. Makna konspetual leksem tersebut kita ketahui, tetapi jika leksem ini kita perluas unsurnya menjadi cinta segitiga, jatuh cinta, cinta sejati, maka makna konspetual leksem tersebut berubah.
Sama halnya dengan makna konseptual, makna ideasional suatu leksem juga akan berubah apabila ditambahkan atau dikurangi unsurnya. Kata cinta yang ditemukan dalam novel London karya Windry Ramadhina berupa kata dasar dan kata turunan. Kata cinta juga ditemukan dalam frasa dan dalam kalimat. Penggunaan kalimat bahasa yang dihasilkan oleh panca indera haruslah bertumpu pada akal pikiran ide. Akal itulah yang menentukan maksud dari bahasa itu.
Semua bahasa yang telah diproduksi itu sesungguhnya dapat dipahami oleh akal pikiran manusia. Semua bahasa yang tidak memiliki wujud konkret hanya dapat dipahami oleh akal pikiran. Hal ini serupa dengan teori makna kognitif.
Teori tersebut mengatakan bahwa aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran Kridalaksana dalam Sarwiji, Artinya bahwa makna ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Sebagaimana yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa seseorang dapat memahami suatu kata akibat adanya kerja pikir dalam benak individu tersebut.
Hal ini dibenarkan oleh makna asosiatif yang mengatakan bahwa:. Makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata bertalian leksem itu dengan keadaan di luar bahasa. Contoh tersebut menjelaskan bahwa makna yang akan ditangkap oleh pendengar bergantung pada bagaimana kemampuan kerja pikir individu dalam memaknai suatu kata. Teori makna asosiastif ini tentunya mendukung teori makna ideasional. Teori ideasional merupakan teori yang meneliti arti suatu kata atau ungkapan dengan gagasan-gagasan yang berhubungan dengan ungkapan.
Dalam teori ini, bahasa digunakan sebagai media perantara untuk mengungkapkan ide atau memasukkan bentuk dari luar ide ke dalam ide. Sebuah bahasa tidak akan ditemukan maknanya apabila tidak ada pengetahuan yang luas dalam ide. Akal pikiran lebih mendominasi daripada perasaan yang hanya sangat sedikit diakui keberadaannya.
Bahkan fungsi perasaan dalam bahasa pun sangatlah sedikit. Menghapal apapun pastinya dengan akal pikiran dan itu sangat memungkinkan untuk memperbanyak dan memperkaya bahasa yang kita gunakan. Teori ini juga ditunjukkan dengan adanya hubungan antara pengguna bahasa. Antara penutur dan pendengar harus memiliki pikiran dan pemahaman yang sama. Terlihat sangat jelas bahwa teori ini memusatkan pada pikiran atau ide, yakni bentuk yang ada dalam ide penutur dan pendengar bertujuan untuk membatasi makna sebuah kalimat.
Penutur harus menggunakan bahasa pada umumnya yang sudah disepakati agar kerjasama yang terjalin antara penutur. Kridalaksana dalam Mulyono, 1 megatakan bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk wujud morfem. Batasan lain, yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari sleuk-beluk morfem beserta kombinasi-kombinasinya. Kata adalah bentuk bebas yang terkecil, yang tidak dapat dibagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi Wijana, Kridalaksana 98 juga menjelaskan bahwa kata adalah morfem-morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diajarkan sebagai bentuk yang bebas, satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri.
Chaer mendefinisikan kata sebagai satuan bahasa yang memiliki pengertian. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Keraf 4 mengelompokkan kata berdasarkan bentuknya menjadi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Sedangkan kata berimbuhan terdiri atas kata yang berprefiks berawalan , kata yang berinfiks bersisipan , kata yang bersufiks berakhiran , dan kata yang berkonfiks berawalan dan berakhiran.
Kata jadian terbagi lagi menjadi kata berimbuhan, kata ulang reduplikasi , dan kata majemuk. Kata berimbuhan meliputi kata berawalan prefiks , kata bersisipan infiks , kata berakhiran sufiks , dan kata yang berkonfiks berawalan dan berakhiran. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata berdasarkan bentuknya terdiri dari kata dasar dan kata turunan. Kata turunan terdiri dari kata imbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata Dasar. Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan.
Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya, makan, minum, lari, tidur, tulis, dengar, dan lain-lain. Kata turunan merupakan kata yang dibentuk melalui proses pengafiksasian, reduplikasi pengulangan , atau pemajemukan. Menurut Keraf mengemukakan bahwa afiks atau imbuhan adalah semacam morfem nondasar yang secara struktural. Dengan kata-kata lain, afiks atau imbuhan melekat pada kata-kata dasar. Afiks atau imbuhan yang melekat pada kata dasar ini akan membentuk kata baru sehingga makna dan fungsinya menjadi berbeda dengan kata dasarnya.
Afiks juga dibagi berdasarkan tempat unsur itu diletakkan pada kata dasar. Dalam hal ini, Keraf membaginya menjadi prefiks awalan , infiks sisipan , sufiks akhiran , dan konfiks awalan dan akhiran. Prefiks awalan adalah sebuah morfem nondasar yang secara struktural diletakkan pada awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar Keraf, Dengan kata lain, prefiks atau imbuhan yang letaknya di awal kata.
Bahkan, dalam sebuah kata bisa diletakkan dua prefiks sekaligus, misalnya mem-per-satukan. Bentuk prefiks awalan yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu prefiks ber-, per-, me-, di-, ter-, ke-, se-, dan pe-.
Conoth kata berprefiks adalah berbuat, perlambat, meminum, dibuat, terbuat, kekasih, segelas, pelari, dan sebagainya. Infiks atau sisipan adalah morfem nondasar yang diletakkan di tengah sebuah kata, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah. Ada tiga macam infiks dalam bahasa Indonesia, yaitu —el-, -em-, dan —er-. Infiks sisipan —el-, -em-, dan -er- tidak memiliki variasi bentuk dan bukan merupakan imbuhan yang produktif, maksudnya adlaah tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru dan hanya berlangsung pada kata-kata tertentu saja.
Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan di antara konsonan dan vokal suku pertama pada sebuah kata dasar. Contoh kata berinfiks antara lain telapak yang berasal dari kata tapak, gerigi yang berasal dari kata gigi, temali yang berasal dari kata dasar tali, dan lain sebagainya. Sufiks atau akhiran merupakan morfem nondasar yang dilekatkan pada akhir sebuah kata dasar. Sufiks yang ada dalam bahasa Indonesia adalah —kan, -i, -an, dan —nya.
Sufiks atau akhiran —kan, -i, -an, dan —nya tidak mempunyai variasi bentuk, sehingga untuk situasi dan kondisi manapun bentuknya sama. Ada dua macam —nya dalam bahasa Indonesia yang perlu diperhatikan sebagai kata ganti orang ketiga tunggal yang berlaku objek atau pemilik dan —nya sebagai akhiran. Contoh kata yang berakhiran antara lain buatan, bukunya, miliki, dan sebagainya.
Konfiks merupakan gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan Alwi, Dengan demikian, kata yang mendapatkan prefiks awalan dan sufiks akhiran disebut dengan kata yang berkonfiks. Konfiks dalam bahasa Indonesia terdiri dari ber-an, ber-kan, per-kan, per-I, me-kan, memper-kan, memper-I, di-kan, di-i, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, dan per-an. Contoh kata berkonfiks antara lain, menaiki, memberdayakan, menyuapi, membangunkan, dan lain sebagainya.
Kata Ulang Reduplikasi. Reduplikasi disebut juga bentuk ulang atau kata ulang. Keraf mendefinisikan bentuk ulang sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah kata.
Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam bentuk ulang. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabung. Kata yang terbentuk dari hasil proses pengulangan dikenal dengan nama kata ulang. Chaer membagi kata ulang berdasarkan hasil pengulangannya. Kata ulang utuh atau murni merupakan kata ulang yang bagian perulangannya sama dengan kata dasar yang diulangnya.
Dengan kata lain, kata ulang utuh atau murni terjadi apabila sebuah bentuk dasar. Misalnya pada kata rumah-rumah, pohon-pohon, pencuri-pencuri, dan anak-anak. Kata ulang berubah bunyi merupakan kata ulang yang bagian pengulangannya mengalami perubahan bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal maupun konsonan.
Kata ulang jenis ini terjadi apabila ada pengulangan pada seluruh bentuk dasar, namun terjadi perubahan bunyi. Kata ulang perubahan bunyi yang mengalami perubahan vokal misalnya pada kata bolak-balik, gerak-gerik, dan kelap-kelip.
Sedangkan kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi konsonan, misalnya pada kata sayur-mayur, lauk-pauk, dan ramah-tamah. Kata ulang sebagian merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vokal suku kata pertama diganti dengan vokal e pepet. Kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian antara lain, lelaki, leluhur, pepohonan, dan tetangga.
Kata ulang berimbuhan merupakan bentuk perulangan yang disertai dengan pemberian imbuhan. Chaer membagi kata ulang berimbuhan berdasarkan proses pembentukannya menjadi tiga, yaitu: 1 sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru diulang, umpanya kata aturan-aturan; 2 sebuah kata dasar mula-mula.
Kata majemuk adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan arti Keraf, Masing-masing kata yang membentuk kata majemuk sebenarnya mempunyai makna sendiri-sendiri.
Tetapi setelah kata tersebut bersatu, maka akan terbentuk kata baru yang memiliki makna berbeda dengan kata sebelumnya. Misalnya pada kata orang tua, sapu tangan, dan matahari. Ramlan 76 mengatakan bahwa kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.
Misalnya, rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras hati, dan lai-lain. Ciri-ciri kata majemuk, yaitu 1 salah satu unsurnya berupa pokok kata. Maksudnya, satuan gramatik yang tidak dapat beridir sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat dijadikan bentuk dasar bagi suatu kata. Misalnya, juang, temu, alir, lomba, tempur, tenaga, masa, lomba masak, jual beli, simpan pinjam, dan lain-lain. Misalnya, satuan anak buah berbeda dengan anak orang sekalipun unsurnya sama, ialah berupa kata nominal semua.
Pada anak. Tetapi, unsur-unsur pada anak buah tidak dapat. Anak kedua buah dan buah itu anak -nya lima tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. Maka, dapat disimpulkan bahwa anak buah merupakan kata majemuk, sedangkan anak orang tidak merupakan kata majemuk, melainkan frase. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa satu kata yang dapat berproses sebagai kata majemuk dapat berupa verba atau sering disebut kata kerja, nomina atau sering disebut kata benda, dan adjektiva atau sering disebut kata sifat.
Istilah ini dapat disebut sebagai verba majemuk, nomina majemuk, dan adjektiva majemuk. Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata lain. Dalam verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menimbulkan makna yang secara langsung masih bisa ditelusuri dari makna yang masing-masing kata yang tergabung.
Missal, kata terjun dan kata payung dapat digabungkan menjadi terjun payung. Salah satu ciri dari verba majemuk adalah bahwa urutan komponennya seolah-olah telah menjadi satu sehingga tidak dapat. Misalnya, bentuk temu wicara tidak bisa digantikan dengan bentuk wicara temu, bentuk siap tempur tidak bisa digantikan dengan bentuk tempur siap, dan bentuk tatap muka tidak bisa digantikan dengan muka tatap. Verba majemuk juga tidak dapat dipisahkan oleh kata lain.
Misalnya, bentuk temu wicara, siap tempur, dan tatap muka, tidak dapat diubah menjadi temu untuk wicara, siap guna tempur, dan tatap. Verba majemuk dapat dibagi berdasarkan bentuk morfologis dan hubungan komponennya. Berdasarkan morfologisnya, verba majemuk terbagi menjadi 1 verba majemuk dasar, 2 verba majemuk berafiks, 3 verba majemuk berulang. Berdasarkan hubungan komponennya, verba majemuk terbagi menjadi 1 verba majemuk bertingkat, dan 2 verba majemuk setara.
Kemudian pemaknaan ideasional dianalisis sesuai dengan makna leksikal dan kotekstualnya. Makna ideasional berupa makna leksikal ditemukan kata cinta bermakna kasih sayang , menaruh kasih sayang ,.
Lalu, makna ideasional berupa. Adapun implikasi makna. The research question of this study are 1 what is a lingual form of word love which has ideational meaning in the novel London by Windry Ramadhina, 2 what the ideational meaning of word love in the novel London by Windry Ramadhina, and 3 what is the implication of the ideational meaning of word love in the novel London by Windry Ramadhina in teaching and learning Bahasa Indonesia in Senior High School.
This research is aimed, 1 to describe lingual form of word love which has ideational meaning in the novel London by Windry Ramadhina, 2 to describe ideational meaning of word love in the novel London by Windry Ramadhina, and 3 to describe the implication of the ideational meaning of word love in the novel London by Windry Ramadhina in teaching and learning Bahasa Indonesia in Senior High School.
The data of this study is in form of words. The data is collected by using simak method and catat technique. The method of analysis is using qualitative description. The data is presented in formal and informal. The result of this study is in form of morphology and syntactics. In morphology form has found that there are basic form and root form.
In basic form has found adjective category only and in derivation form has found affixation and compound form. Kinds of affixation words found are in form of prefix, suffix, confix. Therefore, in syntactics form has found word of love in phrase and sentences form. Morefore, the analysis of meaning based on the lexical and contextual meaning. Bahasa merupakan kumpulan gagasan yang memiliki makna. Bahasa hidup di dalam masyarakat dan dipakai oleh warganya untuk berkomunikasi. Saat berkomunikasi menggunakan bahasa, gagasan memiliki potensi makna yang bermacam-macam.
Artinya, saat kita berkomunikasi menggunakan perangkat bentuk bahasa dengan berbagai macam karakteristik individu, maka akan semakin beragam makna yang ditangkap oleh individu-individu yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Seperangkat bentuk bahasa memiliki makna, tidak hanya kata, frasa, dan kalimat, wacana pun mengandung makna. Bentuk-bentuk kebahasaan tersebut memiliki makna yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau ide. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa, sehingga bahasa dan gagasan memiliki keterkaitan yang sangat erat, bahkan tidak dapat dipisahkan.
Karena itulah, sebuah gagasan juga erat kaitannya dengan makna. Gagasan yang disampikan oleh seorang partisipan dalam tuturan tentu saja memiliki makna, baik tuturan lisan maupun tulisan. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa gagasan memiliki potensi makna yang bermacam-macam saat berada dalam komunikasi.
Dari satu kalimat yang dituturkan oleh seorang penutur, setiap pendengar memiliki pemahaman masing-masing. Mungkin saja sama, tapi tidak menutup kemungkinan makna yang mereka tangkap dari satu kalimat tersebut berbeda-beda. Sehingga makna dapat dikatakan datang dari ungkapan gagasan seseorang. Begitupun dengan kata, setiap kata atau leksem memiliki arti atau makna. Ketika sebuah kata memiliki acuan yang pasti atau konkret, kata tersebut akan lebih mudah dimengerti oleh individu.
Namun, tidak semua kata memiliki acuan yang konkret dan tidak sedikit pula kata yang tidak memiliki acuan yang konkret. Pertanyaannya adalah, bagaimana setiap individu dapat memahami kata yang tidak memiliki acuan yang pasti? Penutur atau penulis dan pendengar atau pembaca dapat memahami setiap kata yang diucapkan atau ditulis meskipun kata tersebut tidak memiliki acuan yang konkret. Hal ini dapat kita buktikan dalam berinteraksi pada kehidupan sehari-hari.
Contohnya, kata cinta tidak memiliki acuan yang konkret, namun memiliki ide, gagasan atau konsep yang terkandung di dalamnya, yakni istilah cinta: 1 terpikat antara laki-laki dan perempuan ; 2 perasaan yang dimiliki oleh seorang manusia untuk saling memiliki.
Jadi, cinta memiliki konsep, sebuah perasaan terpikat antara laki-laki dan perempuan untuk saling memiliki satu sama lain. Dalam ilmu semantik, kata cinta termasuk dalam kata yang memiliki makna ideasional atau makna konsep. Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung dalam satuan kata-kata, baik bentuk dasar maupun turunan.
Pemaknaan bukan hanya terjadi dalam tuturan lisan, tetapi juga dalam tulisan, contohnya pemaknaan dalam karya sastra. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa karya sastra merupakan bentuk dari ungkapan perasaan atau kritik terhadap kehidupan. Salah satunya adalah novel. Sehingga, tidak heran jika banyak peneliti yang meneliti makna dalam karya sastra, khususnya novel. Novel ini merupakan salah satu novel roman yang sangat digemari para remaja, sehingga diduga dalam novel tersebut terdapat banyak kata cinta yang akan menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini.
Kata cinta , sering kita dengar dan baca. Bahkan karya sastra tidak bisa terlepas dari kata tersebut. Tetapi, pernahkah kita berpikir bagaimanakah wujud konkret dari cinta? Kita tidak akan tahu bagaimana wujud nyata dari cinta karena cinta memang abstrak, tidak memiliki wujud konkret.
Tetaapi, saat kita mendengar atau membaca kata tersebut, kita akan memberikan respon positif ataupun negatif terhadap cinta. Pada kenyataannya, cinta tidak memiliki acuan yang konkret, tapi masih dapat dimengerti oleh pendengar maupun pembaca. Kata cinta dapat kita lihat dalam kamus, dan kita perhatikan pula hubungannya dengan unsur lain dalam pemakaian kata tersebut, lalu kita tentukan konsep yang menjadi ide kata tersebut.
Restoran Medge membuat Gilang betah, selain sudah mengenal pemilik dan pelayannya dengan baik, di restoran tersebut terdapat banyak buku. Salah satu pengunjung lainnya adalah Ayu, gadis asal Indonesia. Ayu pemburu buku-buku sastra klasik. Suatu hari Ning kembali, dia datang ke restoran Medge dan bertemu dengan Gilang.
Keduanya merasa senang. Ning mengajaknya pergi ke galeri. Disana ia bertemu dengan Finn, seniman patung yang sangat dikagumi oleh Ning. Gilang menangkap tatapan Ning bukan lagi tatapan kekaguman, tapi tatapan cinta. Gilang meninggalkan Ning untuk melihat-lihat souvenir. Hujan turun lagi. Ia melihat Goldilocks berada di kerumunan orang, tetapi ketika ia mengejar, gadis itu menghilang. Gilang dikagetkan oleh kehadiran V. Ia berniat meminjam payung merah yang dipakai oleh Gilang.
V berjanji akan mengembalikan payung itu dalam waktu beberapa menit, tapi setelah ditunggu berjam-jam dia tak kembali. Gilang berniat mengganti payung itu, dia pergi ke sebuah toko payung. Pemilik toko bercerita tentang malaikat yang turun ke bersama hujan.
Gilang teringat pada Goldilocks. Setelah membeli payung dengan harga selangit, V mengembalikan payung pada Gilang, ternyata payung tersebut menjadi perantara sehingga V dan istrinya rujuk kembali. Gilang yang awalnya pesimis takut ditolak Ning, jadi kembali bersemangat. Masalahnya, dulu Gilang dan Ning bersahabat dengan seorang laki-laki, dia menyukai Ning. Tapi ketika laki-laki itu menyatakan cinta, Ning malah menjauh.
Gilang takut hal itu terjadi padanya. Ketakutan itu bikin Gilang kalaf, dia mabuk. Di bar dia bertemu Mister Lowesley, rupanya Mister Lowesley juga lagi galau, soalnya dia udah nunggu Madam Ellis bertahun-tahun, sampe umurnya setengah abad.
Haffff menunggu emang menyebalkan ya? Dia ke restoran Medge keesokan harinya dan bikin keributan. Setelah Mister Lowesley bikin kacau, dia minta maaf pada Madam Ellis, tapi Madam Ellis tetap keras, hatinya tetap untuk George suaminya yang meninggal lima tahun lalu. Ceritanya Madam Eliis ngga bisa move on. Hujan turun lagi, Mister Lowesley pergi entah kemana.
Jul 16, AM. Happy Birthday, Windry Selamat ulang tahun Windry. Semoga bahagia, sehat dan sukses selalu.
Amin 27x. Mbak Windry.. Jun 23, PM. Jun 22, PM. Jun 07, PM. May 06, PM. Ikutan Mas Tomo aja, Wind. Heh Wind, yang hari minggu pagi itu serius yah??? Wah selamat 2 kali dong harusnya yah Apr 25, AM. Hi Win, congratz for the new novel ya Apr 24, AM. Hi Windri, Salam kenal, ehh ga deh.. Salam jadi teman aja di GRI, ngga sabar ingin segera membaca bukunya Apr 17, PM. Nggak kok, cuma flu duank Siap-siap terima lemparan nih Heh Wind, cover metropolis yang Pistol apa yang koran ini seeh?
Apr 15, PM. Masa seh? Apr 15, AM. Thanks for inviting Mbak wah, pengarang juga yah? Apr 14, AM. Mar 18, PM. Thanks for the add ya :. Nov 11, AM. Oct 21, PM. Oct 05, PM. Semoga puasa kita diterima dan kembali ke fitri di hari raya ini. Sep 25, PM. Yup, deket pertigaan Bintaro Ulujami Win.. Sep 24, PM.
Download novel karya windry ramadhina.Memori. by Windry Ramadhina
WebJan 13, · Judul: London: Angel. Penulis: Windry Ramadhina. Penerbit: Gagas Media. Cetakan: Cetakan pertama, Tebal: x+ halaman. ISBN: . WebWindry Ramadhina – Etsy Windry Ramadhina (1 – 40 of results) Price ($) Shipping Windry Ramadhina X Cafe Analog Autumn Dreams Girls Stickers CheeryLetters . Webkarya windry ramadhina dan implikasinya terhadap PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi .